Menjadi bagian Sinoman Rukun Agawe Santoso atau yang sering disingkat Sinoman RAS merupakan suatu keberuntungan dalam hidup. Tinggal di desa menjadi salah satu kunci mengapa aku bisa masuk dalam organisasi tersebut. mungkin teman-teman yang berasal dari Jogja Jateng dan sekitarnya sering mendengar istilah sinoman atau sinom. Sinoman di desaku merupakan sebuah istilah untuk menyebut organisasi pemuda dan pemudi desa. Beberapa mungkin lebih akrab dengan sebutan karang taruna ya. Beberapa daerah juga membedakan antara sinoman dan karang taruna. Sinoman lebih condong untuk mengurus hal-hal kegiatan pemuda di masyarakat seperti membantu warga yang punya hajat. Sedangkan karang taruna lebih mengarah ke organisasi yang lebih formal dan terprogram. Sinoman RAS sendiri merupakan gabungan dari dua hal diatas.
Sinoman RAS sudah terbentuk dari tahun 1959. Yah cukup tua dan bahkan lebih tua daripada orang tuaku. Pergantian generasi ke generasi dapat dijalankan dengan baik, sehingga aku dapat menjadi salah satu bagian dari Sinoman RAS. Disini aku akan bercerita sekelumit perjalanan dan perasaanku selama bersama SInoman RAS.
Pertama Kali Masuk
Pada tahun 2014, aku masuk menjadi anggota sinoman RAS dan menjadi humas di RT ku. Jujur, aku ini jarang sekali main ke luar rumah. Jadi ketika menjadi humas, benar-benar belajar nama warga di RT ku. But it’s okay karena kenal dengan tetangga merupakan hal yang penting kan. Eventho pada saat itu aku masih ignorant with others, ngga ding wkwkkw. Aku cuma cuek aja dan ngga begitu ngurusin kalo ngga berdampak ke aku maav.
Pengalaman pertama kali ikut rapat bener-bener udah lupa si. Tapi yang aku ingat adalah “tegang” so awkward. But yeah Namanya bochild kan baru penyesuaian yak. Oh yang paling kerasa adalah they spoke in krama inggil guys. OMG literally every single words. Meskipun kadang campur Indonesia sih. Lambat laun aku terbiasa dengan hal-hal tersebut. kemudian mulai lah disuruh menjadi MC acara sinoman (of course in krama inggil + teks yak). Pokoknya masih penyesuainnya banget lah masa-masa awal tuh.
Belajar Mengatur Waktu
Kayaknya ini menjadi salah satu PR teman-teman yang banyak aktivitasnya deh. Emang manajemen waktu adalah hal yang krusial banget dalam kehidupan ini. Masa-masa fokus UN (keliatan tua bgt nggasi wkwkwk) membuatku mengurangi porsi untuk berorganisasi. Oh iya, aku di SMP nggai kut organisasi sekolah. Aku cuma ikut beberapa ekskul aja. Pada saat itu mindsetnya “harus di SMA Kota” and thank god of everything, aku masuk di salah satu SMA dekat rumah.
Selama masa SMA pun still active in Sinoman RAS guys. Di SMA aku juga Cuma ikut ekskul aja, seru lah pokoknya masa SMA. Masa-masa mengeksplore diri banget. Selama masa kuliah pun aku juga masih aktif di Sinoman RAS. But unfortunately, kondisi di sinoman cukup memprihatinkan karena adanya gap umur yang jauh dari kakak-kakakku, angkatanku, dan adik-adikku. Ditambah ada beberapa yang sudah memilih untuk berkeluarga, sehingga membuat mereka “lulus” dari Sinoman RAS.
Belajar Bermasyarakat
Disini aku juga ngga bakal mengglorifikasi hidup di desa. Tentu ada plus minusnya, begitu juga ketika kita hidup di kota, perumahan, atau apartment. Semua pasti ada sisi positif dan negatifnya. Hidup di desa memang lebih kerasa kekeluargaannya, but sometimes kalo ngga suka basa-basi emang jadi “masalah” sih dan menurutku kuncinya adalah senyum. Mungkin ada sedikit tips buat para pembaca yang mau KKN di desa. Kuncinya ramah dan sopan santun dijunjung.
Berbagai karakter orang perlu kita hadapi ketika bermasyarakat. Ini kadang bikin capek tapi dilain sisi ini sangat menarik. Kita bisa belajar memposisikan dan menempatkan diri dalam berbagai situasi. Pernah menyerah ? hampir, lebih tepatnya lelah ketika lama berada di keramaian. Mungkin temen-temen introvert pernah merasakan hal kek gini ya. Tapi dengan kita punya beberapa pengalaman berada di masyarakat, membuat kita jadi bisa memahami perbedaan dan lebih fleksibel dalam menerima sebuah pandangan. Intinya jadi kek lebih menghargai pendapat orang lain si + bisa melihat sudut pandang dari orang lain juga (sepengalamanku yak).
Ora Srawung Rabimu Suwung
Kalimat yang sering banget dilontarkan oleh rekan-rekan sejawat wkwkwk. Yah setiap Tindakan kita pasti ada konsekuensinya kan. Ketika kita ngga aktif di masyarakat, kita bakal susah mendapat bantuan dari masyarakat. Kalimat ora srawung rabimu suwung inipun menurutku juga ngga bisa diaplikasikan ke semua individu. Ada individu yang memilih untuk menikah di gedung dengan menyewa event organizer. Ada juga yang memilih untuk private party atau menikah di KUA aja. Bisa jadi ada yang memilih untuk tidak menikah (eventho pola pikir ini jarang terjadi di desa). Everbody can choose their life.
Tapi sebenarnya yang menjadi esensi dari kalimat ora srawung rabimu suwung adalah ketika kita berkontribusi di masyarakat, insyaAllah, niscaya, masyarakat akan menolong kita entah ketika suka ataupun duka. Seperti yang kita tahu, musibah tidak ada yang tahu dan ketika kita ignorant, ada kemungkinan orang lain akan ignorant kepada kita juga.
Masih dan Terus Belajar
Hidup di bermasyarakat memang susah. Kadang di setiap desa memiliki karakter masyarakat yang berbeda juga. Pernah beberapa kali sharing terkait hal ini bersama teman-temanku di sekolah maupun kampus yang sama-sama aktif di organisasi pemuda desa. Beberapa kali juga, aku hadir dalam rapat bapak-bapak maupun ibu-ibu, ketika harus menyampaikan program kegiatan Sinoman. Jelas lebih ramah ibu-ibu, lebih kerasa kekeluargaannya dan ngga begitu tegang. Meanwhile rapat bapak-bapak, in my honest opinion bener-bener straightforward dan cukup menegangkan. Kerasa banget hierarkinya, kinda awkward for me. But yeah mau gimana lagi. Itu semua dijadikan pembelajaran.