Beberapa waktu yang lalu, aku traveling ke Kota Solo dengan menggunakan KRL alias commuterline. Cukup dengan membayar 8000 rupiah aku bisa berangkat dari stasiun tugu menuju stasiun solo balapan. Tentu selama perjalanan tidak mendapat kursi, karena antusias masyarakat dengan KRL sangat tinggi. Hal ini juga terjadi karena harga tiket yang sangat murah. Hal ini juga terjadi karena aku berangkat ketika musim liburan. But it isn’t a big deal karena aku ada temen ngobrol selama perjalanan di KRL.
Sesampainya di Solo aku langsung menuju Pura Mangkunegaran. Tidak seperti backpacker lain yang sering jalan kaki. Karena aku lebih memilih naik taksi online. Harganya juga cukup terjangkau walaupun tidak ada diskon atau voucher apapun. Singkat cerita, aku sampai di Pura Mangkunegaran dan membayar tiket masuk seharga 30.000 untuk turis domestik dan 40.000 untuk turis mancanegara. Disediakan loker juga di loket dan untuk pengunjung yang menggunakan celana/rok pendek maka harus mengenakan kain jarik untuk menutup. Oh iya, kita harus menunggu tour guide ya sebelum kita masuk.
Arsitektur yang Menarik
Salah satu daya tarik dari Pura Mangkunegaran adalah bangunan ini sarat akan akulturasi budaya. Kesan pertama yang terlintas dalam benakku adalah “Eropanya dapet banget ya”. Patung, ornamen, lukisan, dan furniture di setiap tempat sangat menarik. Selain itu, ada satu warna yang cukup dominan di Pura Mangkunegaran ini, yaitu warna hijau. Kalau aku melihatnya agak cenderung tosca. Tapi dikutip dari website Puro Mangkunegaran, warna kuning dan hijau mendominasi pendopo adalah warna pare anom yang merupakan warna khas Mangkunegaran.
Tari Klasik Gaya Mangkunegaran
Ternyata setiap hari Rabu ada latihan tari klasik gaya mangkunegaran dan beruntungnya aku karena aku dapat berkesempatan nonton latihan tari klasik gaya mangkunegaran ini ketika aku berkunjung ke Pura Mangkunegaran. Aku datang sekitar jam 11 siang dan latihan sudah dimulai sejak aku masih menunggu tour guide. Alasanku excited melihat latihan tari ini adalah karena tari klasik gaya mangkunegaran berbeda dengan gaya Kraton Yogkarta, Kasunanan Surakarta, maupun Puro Pakualam. Latihan tari ini diiringi musik gamelan secara langsung. Kebetulan aku melihat dua tari. Pertama aku melihat 5 perempuan menari. Awalnya aku kira bedhayan namun kurang orang karena cuma 5 orang. Ternyata setelah dilihat pola lantainya sepertinya srimpen. Tapi yang membuatku salut adalah salah satu penari merupakan penari yang sudah sepuh atau dapat dibilang sudah tua. Namun semangatnya dalam menari dari maju gendhing sampai mundur gendhing membuatku takjub. Kemudian dilanjutkan dengan tari putra. Sebenarnya disini tour guide mengajak berkeliling di sekitar pendopo. Namun aku memilih untuk nonton sebentar latihan tari ini. Pada saat latihan, hanya ada 3 penari putra. Namun tidak seperti ketika melihat latihan tari putri yang cukup lama mencerna dan memahami bentuk pola tari. Pada bagian penari putra cukup mudah karena ada 3 penari dengan 2 penari gagahan dan 1 penari alusan. Tentu ini seharusnya 4 penari, namun kurang satu. Highlight dari kunjunganku ke Pura Mangkunegaran adalah keberuntungan melihat latihan tari gaya Mangkunegaran hahaha…
Pracima Tuin
Seharusnya ini menjadi salah satu tujuan utama ke Solo sih. Tapi setelah melihat situasi, kondisi, dan tujuan dari jalan-jalan kali ini. Aku memutuskan untuk menunda ke Pracima Tuin. Walaupun lokasinya bagian dari Pura Mangkunegaran tapi kita perlu reservasi untuk dapat menikmati hidangan di sana. Untuk informasi lebih lanjut terkait Pracima Tuin, kita bisa mengakses di akun instagramnya, yaitu @pracima.mn
Akhirnya setelah berkeliling Pura Mangkunegaran aku melanjutkan perjalananku ke lokasi lain. Karena masih sekitar jam 1 siang dan cuaca sangat terik aku memutuskan untuk mencari sesuatu yang dingin. Yaitu ke New Ice Cream Tentrem yang gabegitu jauh dari Pura Mangkunegaran. Dari gerbang Pura Mangkunegeran, kita tinggal jalan lurus terus dan ketemu deh. Oh iya, kalau kalian juga tertarik dengan barang antik, vintage, retro, jadoel bisa mampir ke Pasar Triwindu yang lokasinya diantara Pura Mangkunegaran dan New Ice Cream Tentrem.
Sekian ceritaku kali ini. Semoga bisa menjadi referensi dan membantu teman-teman semua untuk healing sambil belajar kebudayaan Indonesia. Matur nuwun see yaaa …